Rabu, 02 Januari 2013

Shalat Sunnah Rawatib - Qabliah dan Ba'diah


Shalat sunnah qabliah dan shalat sunnah ba'diah merupakan shalat sunnah rawatib. Shalat sunnah qabliah merupakan sholat sunnah yang dikerjakan sebelum shalat fardhu. Sedangkan shalat sunnah ba'diah merupakan shalat sunnah yang dikerjakan sesudah shalat fardhu. Secara bahasa, rawatib artinya tetap atau teratur. Shalat sunnah rawatib itu sendiri merupakan shalat sunnah yang dikerjakan mengikuti shalat fardhu yang lima, baik dikerjakan sebelum maupun sesudahnya. 

Hukum mengerjakan shalat rawatib dibagi menjadi dua macam, yakni sunnah muakkad dan ghairu muakkad. Shalat sunnah muakkad adalah shalat sunnah yang kuat atau sangat dianjurkan; sedangkan shalat sunnah ghairu muakkad adalah shalat sunnah biasa atau kedudukannya lebih ringan daripada sunnah muakkad.

1. Shalat Sunnah Rawatib Muakkad

Berkaitan dengan shalat sunnah rawatib muakkad ini, ada sebuah hadis Nabi Saw. yang perlu untuk kita perhatikan, sebagai berikut:

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرْ قَالَ حَفِظْتُ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الظُّهْرِ وَ رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الظُّهْرِ وَ رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَ رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ وَ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْغَداَةِ (رواه البخاري و مسلم).

Dari Abdullah bin Umar, ia berkata, “Saya ingat (hafal) dari Rasulullah Saw. dua rakaat sebelum zhuhur, dua rakaat sesudah zhuhur, dua rakaat sesudah maghrib, dua rakaat sesudah isya, dan dua rakaat sebelum subuh.” (HR Bukhari dan Muslim)

a. Shalat Sunnah Qabliah Zhuhur

Shalat sunnah qabliah zhuhur ini dikerjakan sebelum shalat zhuhur sebanyak dua rakaat. Sebelum shalat zhuhur yang dimaksudkan di sini adalah setelah tergelincirnya matahari dari pusatnya atau sesudah masuk waktu zhuhur dan sebelum mengerjakan shalat zhuhur.

Apabila ingin menambah, seseorang dapat mengerjakan shalat qabliah zhuhur dua rakaat lagi, akan tetapi hukum shalat yang dua rakaat setelahnya adalah ghairu muakad. Jadi, apabila dikerjakan keduanya, shalat qabliah zhuhur menjadi empat rakaat.

Mengenai hal ini, ada sebuah hadis dari Ummu Habibah yang menyatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:

مَنْ حَافَظَ عَلَى أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَ أَرْبَعِ بَعْدَهَا حَرَّمَهُ اللهُ عَلَى النَّارِ (رواه الترمذي).

“Barangsiapa yang menetapi dengan baik shalat empat rakaat sebelum shalat zhuhur dan empat rakaat sesudahnya maka Allah mengharamkannya dari api neraka.” (HR Tirmidzi)

b. Shalat Sunnah Ba’diah Zhuhur

Shalat sunnah ba’diah zhuhur dikerjakan sesudah menunaikan shalat zhuhur sebanyak dua rakaat. Apabila ingin menambah, bisa ditambah lagi dengan dua rakaat. Akan tetapi, sebagaimana shalat rawatib qabliah zhuhur, yang dua rakaat sesudahnya hukumnya ghairu muakkad. Sedangkan bagi orang yang mengerjakan shalat Jum’at, shalat sunnah ba’diah zhuhur ini bisa diganti shalat sunnah ba’diah Jum’at.

c. Shalat Sunnah Ba’diah Maghrib

Shalat sunnah ba’diah maghrib ini dikerjakan sebanyak dua rakaat sesudah mengerjakan shalat maghrib.

d. Shalat Sunnah Ba’diah Isya

Shalat sunnah ba’diah isya ini dikerjakan sesudah menunaikan shalat isya dengan dua rakaat. Bagi yang ingin menambah, shalat ba’diah isya ini dapat ditambah lagi dengan dua rakaat.

Berkaitan dengan hal ini, ada sebuah hadis dari Al-Barra’ bin Azib yang menyatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:

مَنْ صَلَّى قَبْلَ الظُّهْرِ اَرْبَعًا كَانَ كَأَنَّمَا تَهَجَّدَ مِنْ لَيْلَتِهِ وَ مَنْ صَلاَّهُنَّ بَعْدَ الْعِشَاءِ كَانَ كَمِثْلِهِنَّ مِنْ لَيْلَةِ الْقَدْر.

“Barangsiapa yang shalat empat rakaat sebelum shalat zhuhur, dia seperti mengerjakan shalat tahajjud pada malam hari; dan barangsiapa yang shalat empat rakaat sesudah shalat isya, dia seperti mengerjakan shalat tahajjud pada malam lailatul qadar.” (HR Sa’id bin Manshur)

e. Shalat Sunnah Qabliah Subuh

Shalat sunnah qabliah subuh ini dikerjakan dengan dua rakaat sebelum shalat subuh. Sebelum shalat subuh yang dimaksudkan di sini adalah ketika sudah memasuki waktu subuh, namun belum mengerjakan shalat subuh.

Berkaitan dengan shalat sunnah qabliah subuh ini, ada sebuah hadis yang patut untuk kita perhatikan, yakni dari Aisyah berkata bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَ مَا فِيْهَا(رواه الترمذي, مسلم, والنسائي)

“Dua Rakaat shalat fajar (qabliah subuh) itu lebih baik daripada dunia dan segala isinya.” (HR Tirmidzi, Muslim, dan Nasa’i)


2. Shalat Sunnah Rawatib Ghairu Muakkad


Shalat sunnah rawatib yang hukumnya ghairu muakkad adalah sebagai berikut:

a. Shalat Sunnah Qabliah Zhuhur

Shalat sunnah qabliah zhuhur yang dimaksudkan di sini adalah shalat sunnah tambahan dari yang hukumnya muakkad. Sebagaimana yang telah dibahas di muka shalat ini juga dikerjakan dengan dua rakaat.

b. Shalat Sunnah Ba’diah Zhuhur

Shalat sunnah ba’diah zhuhur yang dimaksudkan di sini juga sama penjelasannya dengan shalat qabliah zhuhur sebagaimana di atas. Jadi, shalat ini juga merupakan shalat tambahan selain yang hukumnya muakkad dengan dua rakaat.

c. Shalat Sunnah Qabliah Asar

Shalat sunnah qabliah asar ini dikerjakan dengan dua rakaat atau boleh juga dengan empat rakaat. Berkaitan dengan hal ini, marilah kita perhatikan sebuah hadis sebagai berikut:

عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ الله ُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهَ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ كَانَ يُصَلِّي قَبْلَ الْعَصْرِ رَكْعَتَيْنِ (رواه أبو داود)

Dari Ali r.a.: “Sesungguhnya Nabi Saw. biasa shalat sebelum shalat asar dua rakaat.” (HR Abu Daud)

Sedangkan bagi yang menginginkan shalat qabliah asar dengan empat rakaat, landasannya adalah sebuah hadis dari Ibnu Umar yang menyatakan bahwa Nabi Saw. telah bersabda sebagai berikut:

رَحِمَ اللهُ امْرَأً صَلَّى قَبْلَ الْعَصْرِ أَرْبَعًا (رواه أحمد و أبو داود و الترمذي)

“Semoga Allah memberikan rahmat kepada orang yang mengerjakan shalat empat rakaat sebelum shalat asar.” (HR Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidzi)

d. Shalat Sunnah Qabliah Maghrib

Shalat sunnah qabliah maghrib ini dikerjakan dengan dua rakaat bagi siapa saja yang mau mengerjakannya. Dalam sebuah riwayat yang disampaikan oleh Bukhari dan Abu Daud disampaikan bahwa Nabi Saw. memang tidak mengerjakannya. Hal ini dilakukan Nabi Saw. karena beliau khawatir akan menjadi kebiasaan bagi umat Islam. Namun, sekali lagi, apabila ada yang ingin mengerjakannya maka dipersilakan, sebagaimana sabda beliau Saw. sebagai berikut:

عَنْ عَبْدِ اللهِ الْمُزَنِيْ قَالَ: قَالَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ صَلُّواْ قَبْلَ الْمَغْرِبِ رَكْعَتَيْنِ, صَلُّواْ قَبْلَ الْمَغْرِبِ رَكْعَتَيْنِ, صَلُّواْ قَبْلَ الْمَغْرِبِ رَكْعَتَيْنِ, لِمَنْ شَاءَ خَشْيَةَ أَنْ يَتَّخِذَهَا النَّاسُ سُنَّةً (رواه الْبخاري و أبو داود)
Dari Abdullah Al-Muzani, ia berkata: Rasulullah Saw. bersabda, “Shalatlah kalian dua rakaat sebelum maghrib, shalatlah kalian dua rakaat sebelum maghrib, shalatlah kalian dua rakaat sebelum maghrib, bagi siapa saja yang menghendaki,’ (akan tetapi beliau tidak mengerjakannya) karena khawatir dijadikan kebiasaan oleh manusia.” (HR Bukhari dan Abu Daud)

e. Shalat Sunnah Qabliah Isya

Shalat sunnah qabliah isya ini dikerjakan dengan dua rakaat sebelum mengerjakan shalat isya. Namun, apabila ingin menambah, diperbolehkan mengerjakan empat rakaat, bahkan sampai enam rakaat. Hal ini bersandar pada sebuah hadis yang disampaikan oleh Aisyah r.a. yang berkata sebagai berikut:

مَا صَلَّى رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهَ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ الْعِشَاءَ قَطُّ فَدَخَلَ عَلَيَّ إِلاَّ صَلَّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ أَوْ سِتَّ رَكَعَاتٍ (رواه أحمد و أبو داود)
“Rasulullah Saw. tidak pernah sekali pun melakukan shalat isya, melainkan beliau masuk ke rumahku lebih dahulu melakukan shalat empat rakaat atau enam rakaat sebelumnya.” (HR Ahmad dan Abu Daud)

Berkaitan dengan shalat sunnah rawatib ini, ada dua hal yang perlu menjadi catatan bahwa shalat sunnah rawatib tidak disunnahkan dikerjakan dengan berjamaah. Penting juga memahami bahwa tidak ada shalat ba’diah asar dan ba’diah subuh, bahkan apabila melakukannya malah berhukum haram.


source  

2 komentar:

Anonim mengatakan...

mengapa saat akan melaksanakan sholat sunah ba'diah harus bergeser dari tempat saat sholat wajib

januarrw mengatakan...

klo pendapat pribadi sih, itu suka2 aja..
gk harus kq, mungkin dengan niat agar memberi kesempatan jalan bwt orang yg di depannya, klo pas lagi jamaah, mungkin :)

krn setau saya gk ada tuntunan ato hadist yang bahas soal itu..
CMIIW ^_^v

Posting Komentar